• Home
  • Pariwisata Bertenaga Surya: Destinasi Wisata Ramah Lingkungan

Pariwisata Bertenaga Surya: Destinasi Wisata Ramah Lingkungan

0 comments

Dalam perjalanan mengeksplorasi pariwisata bertenaga surya, penting bagi kita untuk memahami peran penting panel surya dalam menggerakkan inisiatif ramah lingkungan di destinasi wisata. Panel surya, meskipun awalnya dianggap mahal, telah mengalami penurunan harga yang cukup besar dalam tahun terakhir.

Saat ini, Harga Panel Surya sudah lebih terjangkau berkat kemajuan teknologi produksi dan peningkatan permintaan global. Faktor-faktor seperti ukuran panel, jenis teknologi, dan kapasitas produksi, secara kolektif, mempengaruhi harga akhir panel surya. 

Dengan adanya opsi yang semakin beragam, para pelaku industri pariwisata kini memiliki peluang untuk merencanakan dan mengintegrasikan panel surya sebagai bagian integral dari pengembangan destinasi wisata berkelanjutan.

 

Keuntungan Destinasi Wisata Ramah Lingkungan Berbasis Energi Surya

Pariwisata bertenaga surya adalah konsep pariwisata yang mengandalkan penggunaan energi surya untuk memenuhi kebutuhan energi di destinasi wisata. Konsep ini tidak hanya berfokus pada penggunaan energi matahari sebagai sumber listrik, tetapi juga melibatkan pendekatan ramah lingkungan dalam semua aspek pariwisata, mulai dari pengelolaan limbah, konservasi alam, hingga edukasi kepada wisatawan tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Destinasi wisata ramah lingkungan yang ditenagai oleh energi surya memiliki beberapa keuntungan diantaranya : 

1. Lingkungan Lebih Bersih

Penggunaan energi surya mengurangi pelepasan gas rumah kaca dan polusi udara yang timbul dari pembangkit listrik berbasis fosil. Ini membantu menjaga kebersihan dan kualitas udara di destinasi wisata.

3. Edukasi Lingkungan

Destinasi ini dapat menjadi pusat edukasi bagi para wisatawan mengenai pentingnya energi terbarukan, pelestarian alam, dan tindakan kecil yang dapat mereka lakukan untuk membantu lingkungan.

3. Daya Tarik Wisata Tambahan

Destinasi wisata yang menggunakan energi surya dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang peduli dengan lingkungan dan berminat untuk berkontribusi pada upaya pelestarian.

Dengan upaya bersama, pariwisata bertenaga surya dapat menjadi model untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh generasi saat ini dan masa mendatang.

Destinasi Pariwisata Nasional yang Memilih EBT sebagai Sumber Energi Utama

Dengan semakin mendesaknya isu perubahan iklim dan keberlanjutan, beberapa destinasi pariwisata nasional telah mengambil langkah progresif dengan memilih energi berasal dari sumber energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Berikut ini adalah destinasi pariwisata nasional yang memilih EBT sebagai sumber energi utama : 

1. Candi Borobudur

Teknologi panel surya yang dipasang di candi ini memanfaatkan sinar matahari yang terserap selama 4-12 jam di siang hari untuk menghasilkan penerangan yang memukau sepanjang malam. Sistem ini mengarahkan sinar matahari ke baterai, yang selanjutnya diubah menjadi listrik untuk memberikan penerangan maksimal hingga 2.000 watt saat malam tiba.

Candi Borobudur kini diterangi oleh sekitar 10 lampu penerangan bertenaga surya, di mana setiap lampu memiliki daya sekitar 40 watt, setara dengan cahaya yang dihasilkan oleh lampu merkuri. Setiap lampu dilengkapi dengan 2 alat panel surya, masing-masing menghasilkan sekitar 50 hingga 100 watt. 

Hasilnya adalah pemandangan cahaya yang menakjubkan, di mana Candi Borobudur bertransformasi menjadi sebuah karya masterpiece yang menerangi malam, sambil tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya dengan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.

2. Labuan Bajo

Labuan Bajo, sebuah kota yang terkenal dengan daya tarik pariwisata baik di tingkat nasional maupun internasional, kini tengah menghadapi perubahan penting dalam infrastrukturnya. Pembangunan Penerangan Jalan Umum (PJU) yang ditenagai oleh surya di Labuan Bajo merupakan hasil dari usulan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat kepada Pemerintah Pusat. Proyek ini bertujuan untuk menggunakan sumber energi baru dan terbarukan, sekaligus mendorong upaya konservasi energi.

Dengan membangun PJU di 434 titik di seluruh kota Labuan Bajo, penerangan di malam hari akan mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelumnya, tingkat penerangan di kota ini sangat minim, sehingga proyek ini menjadi sangat penting bagi kenyamanan dan keamanan masyarakat setempat. Selain manfaat praktisnya, kehadiran PJU berbasis energi surya juga memberikan dampak yang lebih luas.

Kehadiran PJU tenaga surya ini akan memberikan nilai tambah yang positif bagi citra Labuan Bajo sebagai tujuan wisata. Ini juga akan membuka peluang baru untuk pengembangan sektor pariwisata dan berdampak pada ekonomi lokal. Dengan menerapkan teknologi ini dan mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 60%, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya dalam memajukan perekonomian masyarakat sambil berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sebagaimana diumumkan oleh Presiden RI dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP 21) di Paris.

3. Mandalika

Indonesia merasa bangga dengan kehormatan menjadi tuan rumah bagi para pembalap MotoGP dari seluruh dunia dalam acara yang sangat dinantikan. Sirkuit Mandalika sebagai tempat penyelenggaraan perlu memenuhi standar tertinggi, termasuk persiapan aspek kelistrikan yang tak bisa diabaikan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkolaborasi secara erat dengan PT PLN (Persero) untuk menjamin pasokan listrik yang memadai di Sirkuit Mandalika.

Namun, tak hanya ketersediaan listrik yang menjadi fokus utama MotoGP Mandalika. Lebih dari itu, keberlanjutan dan ramah lingkungan juga menjadi prioritas. Oleh karena itu, upaya menuju energi terbarukan telah menjadi pilihan. Pasokan listrik untuk acara MotoGP Mandalika akan diperkuat melalui pemanfaatan energi surya yang bersifat ramah lingkungan.

 

Potensi pemanfaatan energi surya di Lombok sangat besar, didukung oleh sinar matahari yang intens dan durasi penyinaran yang panjang. Kondisi ini menjadikan PLTS sebagai solusi yang cocok di wilayah ini, dan hal ini tercermin dari bertambahnya jumlah PLTS di Lombok seiring berjalannya waktu. 

Dalam perjalanan menuju pariwisata bertenaga surya yang berkelanjutan, penting bagi kita untuk menjaga keterbukaan terhadap perubahan dan kemajuan teknologi, termasuk pemahaman tentang Harga Panel Surya.

Meskipun awalnya mungkin menghadirkan tantangan finansial, penurunan harga panel surya dalam beberapa tahun terakhir telah membuka pintu bagi lebih banyak destinasi wisata untuk mengadopsi teknologi ini. Dengan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai biaya dan keuntungan jangka panjang, diharapkan bahwa lebih banyak destinasi wisata akan melihat nilai investasi dalam panel surya sebagai langkah penting menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

About the Author

Follow me


{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}